Setelah KNIP di bubarkan, Douwes Dekker pulang dari Semarang menuju Cibadak, Sukabumi. Di sana sejak tahun 1922 ia membiayai dan memimpin sendiri sebuah sekolah yang hampir ditutup, yaitu kesatria school. Sekolah ini menggunakan bahasa belanda sebagai pengantarnya, tetapi menggunakan dasar pendidikan nasional.
Pada tahun 1926, sekolah kesatria diakui sebagai badan hukum dan berbentuk yayasan ''Kesatrian Institue''. Yayasan ksatria terus berkembang dengan pesatnya. Pada saat itu yayasan ini telah memiliki sekolah guru, sekolah dagang modern, dan tiga sekolah rakyat masing-masing di Cianjur, Ciwedey, dan Sukabumi. Sekolah MULO (Sekolah Menengah Umum) sengaja tidak didirikan karena dinilai tidak praktis dan strategis.
Oleh karena sekolah ksatrian dan taman siswa berwatak nasionalis dan mendidik kader-kader bangsa yang siap melanjutkan perjuangan generasi tua, maka sekolah-sekolah itu mendapatkan pengawasan yang ketat dari pemerintah kolonial. Bahkan dikatakannya sebagai sekolah-sekolah liar yang membahayakan keamanan umum. Pemerintah juga mengancam akan mencabut hak pendirian sekolah-sekolah yang menanamkan nasionalisme dan patriotisme. Itulah yang termaktub dalam ''Ordonantie Sekolah-sekolah Liar'' yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1923 dan 1932.
by.Agung Kelana Selvian.
Ya, memang Douwes Dekker begitu kukuh dengan perjuangannya pada Kesatria School. sip deh atas perjuangan beliau.
ReplyDeleteYa makasih mas SiPowerpoint udah mampir ke blog ane ya!
ReplyDeleteDouwes Dekker mamang sangat hebat sekali dalam perjuangannya
ReplyDeleteYa Mas Elang Al Farez. Makasih dah berkunjung
Delete