Sobat pembaca yang budiman semua, pada kesempatan ini saya akan sedikit bercerita pengalaman saya sewaktu main ke tepi sungai atau bantaran sungai citanduy. Rasanya alamnya begitu indah. Tidak ada polusi, tidak ada kebisingan. Yang ada hanya angin sepoy-sepoy nan sejuk, hamparan sawah di tepi sungai yang hijau serta senyuman petani yang melihat hijaunya tanaman padi mereka.
Tapi setelah saya dekati ternyata senyum mereka karena senang melihat saya datang kesitu, setelah saya tanya lagi apa di awah pak, kok belum pulang jam segini. Jawabnya nungguin burung mas, supaya tidak di makan burung padinya, soalnya bentar lagi mau panen. Oh kirain kenapa?
Setelah beberapa menit kemudian saya beralih tempat, saya kaget ketika di atas tanggul sungai citanduy banyak sekali kayu bakar yang ditumpuk. Setelah saya bertanya kepada salah satu orang yang ada disitu, itu kayunya dari mana pak? "Dari kali mas" loh kok banyak amat ya. "Iya mas, ini kayu ambil dari sungai yang mengalir dan membawa banyak kayu. Lumayan buat kayu bakar, soalnya masyarakat disekitar sungai citanduy rata-rata bermata pencaharian penyadap kelapa. Jadi kayu itu bisa dijadikan sebagai bahan bakar untuk membuat gula jawa, jadi tidak perlu beli. tahu sendiri harga kayu bakar saat ini juga termasuk mahal. Jadi saya manfaatkan kayu-kayu yang berasal dari sungai tersebut"
Sungguh senang melihat para petani dan penduduk sekitar sungai citanduy yang hidup sederhana dan serba kecukupan. Dan saya juga sangat terhibur dengan main ke tempat itu, karena kondisi alamya yang sangat bersahabat. Rumputya juga hijau-hijau sekali.
0 Response to " Sisi lain kehidupan masyarakat tepi citanduy "
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.