Perang ini disebut Perang Diponegoro karena pemimpin perang rakyat adalah Pangeran Diponegoro. Perang Diponegoro terjadi di wilayah Kasultanan Yogyakarta pada waktu itu, yang meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) , Jawa tengah dan Jawa Timur.
Sebab-sebab terjadinya perang diponegoro
Penyebab terjadinya perang ini dibagi menjadi dua, yaitu sebab umum dan sebab khusus:
- Sebab-sebab umum terjadinya perang Diponegoro:
- Kekuasaan raja-raja di Yogyakarta di persempit karena daerah kekuasaanya di pantai utara Jawa Tengah dikuasai Belaanda.
- Kehidupan golongan bangsawan menjadi sengsara karena dilarang menyewakan tanahnya kepada golongan partikelir atau swasta.
- Kaum ulama Islam merasa resah karena berkembangnya Kebudayaan barat yg sangat mengganggu dan bertentangan dengan agama Islam.
- Kehidupan rakyat makin menderita karena Belanda melakukan tindakan kekerasan.
-
Belanda merencanakan membuat jalan raya melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo (Yogyakarta), tanpa memberi tahu terlebih dahulu kepada Pangeran Diponegoro. Hal ini dianggap sebagai penghinaan terhadap Pangeran Diponegoro.
Jalannya Perang Diponegoro
Perang Diponegoro dimulai pada tanggal 20 Juli 1825 di daerah Tegalrejo dan di teruskan ke Selarong. perang kemudian segera meluas ke daerah-daerah Purwodadi dan Pacitan. Pertempuran dahsyat terjadi di daerah pleret, dan dilanjutkan ke Dekso.
Pada awalnya perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap Belanda belum begitu teratur. Pada tahun 1827 Perang Diponegoro menjadi lebih teratur karena beberapa hal yaitu :
- Diponegoro membentuk pasukan dengan nama Turkiyo, Bulkiyo, Arkiyo yang masing-masing dilengkapi dengan panji-panji
- Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya.
- Diponegoro memusatkan perhatian di daerah Selarong.
Selain Selarong, daerah Pertahanan Diponegoro dalam melakukan perang gerilya adalah Kalisoko dan Dekso (DIY); Semarang (Jateng); serta Madiun dan Kertasana (Jatim). Pangeran Diponegoro kemudian memindahkan markasnya dari Selarong ke Pleret. Tujuannya untuk menghindari perang terbuka yang akan memakan banyak korban dari pasukan Diponegoro. Selain itu, kedudukan Pangeran Diponegoro menjadi sulit diketahui oleh Belanda.
Pemimpin perang dalam Perang Diponegoro
Dalam perang ini, Pangeran Diponegoro dibantu oleh beberapa tokoh seperti dibawah ini :
Penasehat : Kiai Mojo
Panglima Perang: Sentot Ali Basya Prawiryodirjo
Pemantu : Mangkubumi, Surya Alam, Kerta Pangelasan
Para Bupati: Bupati Kertasana, Bupati Madiun (Kertadirjo), Bupati Banyumas (Suriadmojo)
Pangeran dan Patih:
Pangeran Serang
Ulama : Kiai Hasan Bashari.
Dalam perang ini, Pangeran Diponegoro dibantu oleh beberapa tokoh seperti dibawah ini :
Penasehat : Kiai Mojo
Panglima Perang: Sentot Ali Basya Prawiryodirjo
Pemantu : Mangkubumi, Surya Alam, Kerta Pangelasan
Para Bupati: Bupati Kertasana, Bupati Madiun (Kertadirjo), Bupati Banyumas (Suriadmojo)
Pangeran dan Patih:
Pangeran Serang
Ulama : Kiai Hasan Bashari.
0 Response to " Sejarah Perang Diponegoro (1815-1830) "
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.