Saat ini Fenomena ngaji online mulai merebak. Hal ini terjadi karena adanya wabah Corona yang melanda belahan dunia, termasuk Indonesia. Mengapa ngaji kini harus ditempuh dengan cara online? Ngaji Online di media sosial selama bulan Ramadhan 1441 ini adalah fenomena baru, namun langsung viral.
Sejumlah Kiai pondok pesantren ternama, menempuh jalan ngaji secara online. Sebut beberapa di antaranya, KH Anwar Manshur (Lirboyo Kediri), KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) Rembang, KH. Yusuf Chudlori (Gus Yususf) Magelang. KH Bahaudin Nursalim (Gus Baha), KH Aizuddin (Gus Aizzuddin), Gus Nasrul Afif, Ky.Asy'ari (Pengasuh PP Nurul Huda Purwasari Wanareja-Cilacap) dan masih banyak lagi yang lain.
Tak ketinggalan, para Kiai di pelosok pedesaan dan kampung-kampung juga menempuh hal yang sama. Ada yang memanfaatkan Channel Youtube, ada lebih banyak lagi yang Live Streaming di Facebook. Sebagiannya memanfaatkan platform media sosial Instagram.
Ngaji Online, ngaji di ruang digital hari ini, khususnya di bulan Ramadhan 1441 ini, merupakan solusi ngaji di tengah wabah, kebertulan masih bersamaan dengan terjadinya wabah virus corona.
Sementara, pondok pesantren, yang menjadi pusat pengajian, saat ini lebih banyak yang memulangkan santrinya. Dengan demikian, ngaji online menjadi solusi bagi santri untuk tetap bisa ngaji di saat pandemi covid-19. Bahkan bukan hanya untuk kaum santri. Masyarakat muslim umumnya, pada jam-jam tertentu, bisa mengikuti pengajian secara online tersebut. Asal memiliki akses internet yang cukup.
Amin Mudzakir, peneliti LIPI berpendapat, “Situasi pandemi Covid-19 tidak menjadi halangan bagi keberlangsungan ngaji ala pesantren. Malahan, karena ditayangkan secara online, sekarang pengikut tradisi tersebut bukan hanya santri pesantren seperti biasa, tetapi juga kalangan masyarakat yang lebih luas.”
Ngaji online menjadi kebutuhan
Meski mungkin belum terlalu familiar dengan wacana yang disampaikan, setidaknya sekarang pengetahuan kitab kuning telah melampaui batas-batas tradisionalnya. Daya tahan tradisi ngaji pasaran dalam berbagai kondisi memperlihatkan kemampuan mereka yang melestarikannya, yaitu pesantren-pesantren dan komunitas Muslim tradisional.
Berkebalikan dengan kesan kolot yang dulu pernah dilekatkan, fenomena ngaji pasaran online yang justru marak di era pandemi saat ini menunjukkan adaptasi mereka yang luar biasa terhadap perubahan zaman. Diharapkan bersamaan dengan itu nilai-nilai keagamaan moderat atau wasatiyah yang selama ini dikembangkan oleh pesantren-pesantren dan komunitas Muslim tradisional bisa tersiar lebih jauh lagi.
Fenomena Kiyai Ngaji Online sepertinya akan meningkat, dalam pengertian, banyak yang akan memanfaatkan media online untuk tetap bisa menjalankan kewajiban nya untuk ngaji. Kita lihat setelah selesai Ramadhan dan terlewatinya Senjakala Virus Corona.
Saat ini, Kiyai Ngaji Online sudah semakin banyak. Kelak akan menjadi trend di lingkungan muslim tradisional, bahwa ngaji online menjadi kebutuhan di zaman serba teknlogi canggih dengan ketersediaan ruang ruang digital yang semakin banyak di media sosial.