Mengonsumsi makanan siap saji yang berlebihan sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh kita. Karena makanan siap saji lebih banyak mengandung bahan kimia berbahaya dibandingkan kandungan vitamin atau zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, makanan siap saji juga mengandung bahan-bahan yang tidak alami, gizi rendah dan cenderung menggunakan zat additif berlebihan. Lebih baik mengkonsumsi yang serba herbal, agar tubuh kita tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit berbahaya.
Makanan siap saji diproduksi oleh beberapa perusahaan, baik industri rumah tangga, pabrik maupun restaurant. Pada dasarnya, efek negatif yang diberikan oleh ketiga perusahaan tersebut sama. Yakni makanan yang diproduksi mereka, sama-sama mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh. Dan dapat memicu timbulnya berbagai penyakit dalam tubuh. Para pelaku perusahaan tidak perduli dengan akibat yang ditimbulkan oleh sering mengkonsumsi makanan ini.
Selain itu, maraknya isu seputar makanan siap saji mendominasi berita disore hari. Kebanyakan industri tidak lagi menggunakan bahan dan cara olah yang sehat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penambahan zat kimia yang berbahaya pada makanan tersebut, seperti Borax dan Formalin. Kedua subtansi tersebut merupakan komponen utama pemicu berkembangnya sel kanker dalam tubuh manusia.
Setiap diri manusia pasti memiliki sel kanker dan sewaktu-waktu berpotensi menjadi penyakit kanker. Jika sel kanker tersebut dipicu dengan mengonsumsi pengawet secara rutin, maka tidak menutup kemungkinan ia akan positif terkena kanker. Jika suda mulai menyerang obati dengan obat-obatan yang bersifat herbal.
Namun dari sedemikian bahaya yang dikandung oleh makanan siap saji, tingkat permintaan akan produk ini semakin hari semakin bertambah. Dan menjadi makanan pokok masyarakat. Atas dasar inilah penulis merasa sangat penting untuk mengangkat tema, “Pengaruh makanan siap saji terhadap jumlah penderita penyakit kanker di Indonesia.”
1. Pengertian makanan siap saji
Makanan siap saji adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, dan diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan serta memberikan cita rasa bagi produk tersebut.
2. Dampak positif makanan siap saji
Makanan siap saji yang beredar di Indonesia saat ini mencapai 500-600 jenis. Jenis tersebut terdiri dari makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala kecil dan besar. Ketersediaan makanan siap saji ini akan memberikan kemudahan pemilihan jenis makanan, kualitas makanan dan praktis. Inilah dampak positif dari adanya makanan siap saji.
3. Jenis makanan siap saji dan Dampak Negatifnya
Dilihat dari sumber produksinya, Makanan siap saji dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: makanan siap saji ala restoran barat, produk instan ala industri pabrik, dan makanan masak ala industri rumah tangga atau biasa disebut dengan pedagang kaki lima.
a. Kategori Makanan siap saji ala restoran
makanan pada kategori ini contohnya seperti pizza, hot dog dan sebagainya. Dimana makanan yang tidak sehat tersebut berasal dari budaya barat yang dibawa dan diperkenalkan ke Indonesia. Alhasil, banyak orang Indonesia mengonsumsi makanan obesitas, dan menu modern masyarakat kini.
b. Makanan instan ala industri pabrik
Makanan ini biasanya ditutup dengan kemasan yang bisa berasal dari plastic, kaleng, kaca, atau bahan lainnya. Produknya pun bermacam, ada yang berupa lauk pauk, mie instant, susu, keju, santan, dan nugget atau sosis. Dampak negatif pada kategori ini adalah yang paling tinggi karena dilihat dari faktor produksi yang digunakan, kemasan yang dipakai, dan zat additif yang ditambahkan, makanan instan ini paling banyak mengandung bahan kimia yang berbahaya.
Faktor produksi yang berupa bahan mentah yang digunakan oleh produsen dapat berupa bahan yang bergizi rendah. Selain itu, sebagian besar produsen menggunakan kemasan yang tidak sesuai dengan standart nasional Indonesia (SNI). Menurut ketua federasi pengemasan Indonesia Hengky Darmawan menyatakan bahwa di Indonesia sistem pengemasannya baru 10% sesuai aturan SNI. Pemilihan jenis kemasan harus memperhatikan food grade dan food safety.[1]
Beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam memilih kemasan adalah tampil menarik, mampu melindungi produk yang dikemas, dan pertimbangan ekonomis. Bahan yang digunakan selama ini berupa plastik atau Styrofoam (pembungkus mie instant dan nugget), PVC (polyvinyl clorida) untuk pembungkus kembang gula, kaleng makanan buah, susu, dan makanan lauk pauk.[2]
Zat additif yang digunakan pun juga beragam. Mulai dari bahan pengawet, pewarna, perasa hingga pemanis buatan terkandung dalam sebungkus makanan instan. Zat pengawet dapat memicu terjadinya mutasi sel yang akhirnya mengakibatkan penyakit Kanker. Zat pewarna dapat Menimbulkan alergi dan kanker hati. Zat perasa seperti MSG menimbulkankerusakan otak. Dan zat pemanis dapat menyebabkan kanker kantong kemih, gangguan saraf dan tumor otak. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa penyakit kanker mendominasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh zat additif.
Selain yang dikemukakan diatas, adapun zat additif berbahaya yang tidak layak dipakai dalam pembuatan makanan, namun masih saja dipakai sebagai bahan tambahan, zat tersebut adalah Formalin dan Boraks. Formalin merupakan zat pengawet pada mayat, sedangkan boraks merupakan zat pemutih pada industri tekstil.
Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Joko Waluyo, salah satu guru besar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. “Jika formalin diteteskan pada tangan maka tangan yang terkena formalin tadi akan melepuh. Dapat dibayangkan, jika zat keras tersebut masuk dalam tubuh manusia dan menyentuh organ dalam yang lunak dan tipis. Maka yang terjadi adalah terhambatnya fungsi organ dikarenakan rusaknya organ-organ tersebut.” 2[3
]
Oleh karena itu, makanan siap saji pada kategori ini dianggap paling berbahaya. Dan kita harus berfikir dua kali untuk mengonsumsi makanan instan tersebut secara rutin, mengingat bahaya yang dikandungnya.
c. Makanan siap saji ala industri rumah tangga
Kategori yang terakhir berasal dari industri rumah tangga (pedagang kaki lima). Yang perlu diwaspadai dari kategori ini adalah cara, alat, bahan, dan tempat yang digunakan untuk mengolah makanan. Biasanya pedagang kaki lima berdagang di pinggir jalan, seperti yang kita ketahui bahwa dijalan terdapat polusi udara. Polusi ini banyak mengandung unsur kimia yang berbahaya.
Tidak hanya mengandung bahan kimia saja, polusi udara juga menyebabkan berbagai macam mikroorganisme penyakit. Banyaknya transportasi yang melintas akan membawa kotoran yang ada dijalan menyebar ke segala arah, termasuk pada lokasi warung makan pedagang kaki lima. Sedangkan kondisi warung, hanya dilindungi oleh tenda yang terbuka. Oleh karenanya semakin mudah mikroorganisme penyakit yang hinggap pada makanan dan dimakan oleh manusia. Tidak dapat kita hitung berapa banyaknya bakteri parasit yang masuk dalam tubuh kita.
Faktor air pun juga ikut menyumbang dampak negatif, karena air yang digunakan adalah air mentah yang tidak dilindungi oleh wadah yang tertutup. Air untuk mencuci juga terbatas pada satu tempat. Dari bekas piring puluhan orang yang makan biasanya dicuci dengan air sama. Lain lagi dengan hinggapnya hewan vektor, yakni hewan perantara penyakit menular seperti kecoa dan lalat.
4. Upaya meminimalisasi dampak negatif
Dari banyaknya faktor penyebab dan akibat makanan tidak sehat tersebut. Mulai dari kategori pertama hingga ketiga ini, seharusnya ada upaya dari kita dalam meminimalisir pola hidup yang tidak sehat. hal ini dapat diupayakan dengan dua cara, secara internal dan eksternal.
- Secara internal :
Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat karsinogen (anti kanker) adalah vitamin A,C,E banyak terdapat dalam sayur dan buah asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus: vitamin B3, vitamin D dalam bentuk aktif terdapat pada mentega, susu, kuning telur hati, beras dan ikan
Seabagai orang yang mempunyai pengetahuan, kita harus bisa melakukan sosialisasi pada keluarga dan masyarakat tentang bahaya makanan siap saji, mengawasi, dan mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan pada anak serta membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah.
2. Secara Eksternal
Produsen, diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan, menjaga kebersihan lokasi dagang, menggunakan cara pengolahan yang baik, dan menggunakan bahan yang higienis.
Konsumen, sebagai seorang konsumen yang baik, kita harus memilih tempat makan yang bersih, melihat nilai gizi pada bungkus makanan instan yang akan kita beli, dan memastikan produk tersebut telah menapat izin produksi dari BPOM.
Pemerintah, melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang berlaku. Meneruskan kegiatan program makanan tambahan anak sekolah dengan memanfaatkan sumber makanan lokal. Serta melukan evaluasi rutin di pasar.
Non-Pemerintah (LSM), memfasilitasi terbentuknya konsumen, mendorong peran serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.
is very good your blog
ReplyDeletetaruhan judi dewa poker terpercaya