Saturday, January 25, 2014

Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan



Sampai dengan saat ini, Pelajaran Matematika masih dianggap sulit oleh siswa, anda yang merasa guru pasti mengalami hal tersebut. Bahkan ada siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Siswa dihinggapi rasa takut jika diminta untuk mengerjakan soal-soal didepan kelas. Ada siswa yang merasa enggan berangkat sekolah bila hari itu ada matematika apalagi jika ada penugasan/ulangan/PR.
Sedangkan orang tua juga kesulitan ketika anaknya bertanya tentang matematika karena kesibukan sehingga tidak ada waktu senggang atau memang kemampuan matematikanya kurang.

Hal ini disebabkan karakteristik matematika itu sendiri yang bersifat abstrak terutama bagi siswa di tingkatan SMA/MA/SMK sehingga untuk menguasai matematika dibutuhkan ketekunan.
Melihat kenyataan demikian, guru harus mendesain pembelajaran agar siswa merubah imej mereka terhadap matematika. Cara untuk merubah imej siswa terhadap matematika adalah dengan memberi motivasi akan pentingnya mempelajari matematika. Dengan belajar matematika akan membentuk karakter teliti, kerja keras, toleransi, menghargai dan tidak mudah menyerah.
Guru juga perlu mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan sebab siswa akan mudah mempelajari sesuatu jika hatinya merasa senang dan nyaman. Guru sebaiknya lebih variatif dalam menggunakan metode pembelajaran, strategi dan teknik pembelajaran serta melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Tidak dipungkiri lagi, motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang didalamnya. Untuk mengembangakan pembelajaran yang tidak membosankan, guru dapat encoba variasi model dan strategi pembelajaran yang acuannya dapat diperoleh melalui buku-buku mengenai model pembelajaran maupun melalui internet.
Jangan dikesampingakan pula kepribadian guru itu sendiri. Dr.Oemar Hamalik dalam bukunya mengemukakan tindakan-tindakan guru mempengaruhi pembentukan sikap dan perasaan para siswa. Suasana kelas yang tegang diakibatkan guru yang otoriter, suka mencela, dan tidak mau mengerti tentang keadaan siswa.
Model dan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan kesesuaian materi. Tidak ada model pembelajaran terbaik, yang ada adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa, bukan tepat dan paling disukai karena siswalah subyek pembelajaran sedangkan guru hanyalah fasilitator dan penyusun strategi pembelajaran agar siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kini pembelajaran yang berpusat pada guru tidak relevan lagi. Kemampuan, kreativitas dan potensi siswa akan sulit berkembang jika pembelajaran tersebut masih digunakan. 
Guru sebaiknya memberi banyak ruang bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan potensinya. Interaksi antar siswa dan guru lebih di kedepankan. Pembelajaran yang interaktif seperti ini akan memacu siswa mengeluarkan ide-idenya.
Karakteristik siswa yang yang suka berkelompok dapat dimanfaatkan dalam pengembangan pembelajaran. Agar lebih memotivasi siswa, guru hendaknya selalu memberi penghargaan (reward), misalnya pujian atau pemberian nilai. Meski matematika itu sendiri secara tidak langsung memberi reward pada siswa ketika siswa mampu menyelesaikan soal-soal berupa kepuasan dan perasaan senang. Namun dengan reward yang diberikan guru, akan lebih menambah motivasi belajar siswa serta memacu suasana kompetensi.
Bagaimanapun juga, kualitas pembelajaran bergantung pada bagaimana guru merencanakan pembelajaran itu.
Sumber : derap guru jateng edisi 168.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.