Thursday, July 11, 2013

H.B Yassin

H.B Jassin
Nama lengkapnya adalah Hans Bague Jassin, lahir di Gorontalo, Sulawesi, 31 Juli 1917 dan meninggal di Jakarta, 11 maret 2000. Berpendidikan HITS Gorontalo (1932). HBS-B 5 tahun Medan (1939), Tamat Fakultas sastra UI (1957) kemudian memperdalam pengetahuan di Universitas Yale, AS (1958-1959) dan menerima gelar Dr.Honoris Causa dari UI (1975).
H.B.Jassin pernah menjabat sebagai pegawai di Kantor Asisten residen Gorontalo (1939), redaktur balai pustaka (1940-1942), Dosen fakultas Sastra UI (1953-1959; sejak 1973 hingga pensiun menjadi Lektor tetap), dan pegawai Lembaga Bahasa Nasional (sekarang: Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional; 1954-1973). Pernah pula menjadi redaktur Pujangga Baru (1940-1942), panji Pustaka (1942-1945), Panca raya (1945-1947), Mimbar Indonesia (1947-1956), Zenith (1951-1954), Bahasa dan Budaya (1952-1963), Kisah (1953-1956) dan masih banyak lagi yang lain.
Karena pernah ikut menandatangani Manifes Kebudayaan (1963), H.B.Jassin dipect dari Fakultas Sastra UI. Ia pernah pula diajukan ke pengadilan (1970) karena pemuatan cerpen Kipanjikusmin, "Langit Makin Mendung", di Majalah sastra (Agustus 1968) yang dipimpinnya. H.B.Jassin menerima satya lencana Kebudayan dari Pemerintah RI pada tahun 1996, mendapat hadiah Martinus Nijhoff dari Prins Bernhard Founds (Belanda) tahun 1973, tahun 1983 menerima hadiah Seni dari pemerintahan RI, dan tahun 1987 menerima hadiah Magsaysay dari Yayasan Magsaysay, Filipina. Tahun 1994 beliau dianugerahi Bintang Mahaputra Nararya oleh Pemerintah RI. 
Hans Bague Jassin sebuah nama yang tidak mungkin dilepaskan dari sejarah kesusastraan Indonesia. nama ini dikenal masyarakat luas dengan H.B.Jassin. Ia mendapatkan berbagai julukan dan gelar sebagai penghargaan dari apa yang telah dilakukannya, yaitu kecintaanya, ketekunannya, perhatiannya yang sungguh-sungguh terhadap sastra Indonesia. Julukan dan gelar itu misalnya Paus Sastra Indonesia diberikan oleh Gayus Siagian pada satu kesempatan simposium sastra ditahun 1965. A.Teeuw, seorang kebangsaan belanda pengamat sastra Indonesia memberi gelar Wali penjaga Sastra indonesia. Arif Budiman mengatakan bahwa H.B Jassin adalah kritikus sastra yang bekerja secara cermat dan kontinyu. Mh.Rustandi memberi predikat penerjemah yang baik kepada Jassin. Majalah Tempo edisi April 2000 memberi gelar penghormatan kepada Jassin sebagai Penjaga Taman Sastra Indonesia. Dan Majalah sastra Edisi 2 tahun 2000 memberi gelar Inang Pengasuh Sastra Indonesia. Semua ungkapan, gelar, julukan bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pengabdian beliau pada dunia kesusastraan Indonesia. 
Ungkapan yang tulus datang dari Tempo; Setelah 40 hari ataupun 40 tahun, tak ada yang mampu menandingi ketekunan H.B.Jassin dalam merawat sastra Indonesia. hanya seorang Jassin yang begitu teguh dan kukuh menjaga tamannya, meski berbagai persoalan tak henti melanda upayanya itu".
Jassin yang telah bertahun-tahun berperan sebagai inang pengasuh kesusastraan Indonesia meninggal dunia dalam usia 83 tahun yakni pada tanggal 11 Maret 2000. Warisan peninggalan Jassin berupa koleksi luar biasa dokumentasi sastra Indonesia yang kini tersimpan pada perpustakaan H.B.Jassin di Taman Ismail Marzuki.
Jassin dikenal sebagai kritikus sastra yang pada masanya memiliki kewibawaan yang sangat besar. Ia bahkan digunakan sebagai stempel untuk meloloskan naskah-naskah yang akan diterbitkan oleh beberapa penerbit. Jika ia telah menyatakan bahwa sebuah naskah banyak layak terbit maka penerbit akan bersedia menerbitkan naskah tersebut. Oleh sebab itu, hampir setiap pengarang di tahun 1950-1970 selalu mengharapkan karya-karyanya diulas oleh H.B.Jassin.
Kritik sastra Jassin pada umumnya berifat edukatif dan apresiatif. Ia menilai karya seorang sastrawan berdasarkan wawasan seluruh karya sastrawan tersebut, dengan menekankan pada penggalian tema sastra yang lebih mementingkan peranan kepekaan serta perasaan daripada teori-teori sastra ilmiah. Tinjauannya selalu dikaitkan dengan  pengalaman estetik pribadi yang dimilikinya yang lengkap tentang sastra Indonesia. Meskipun ada sebagian orang yang tidak menyenangi cara kritik Jassin ini, tetapi tetap pandangan jassin didengar oleh kalangan sastraawan Indonesia.
Karyanya: Tifa dan Daerahnya (1952), Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei I-IV (1954,1967; edisi baru,1985), Heboh Sastra 1968 (1970), Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia (1983), Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983), Surat-surat 1943-1983 (1984), Sastra Indonesia dan  Perjuangan Bangsa (1993), Koran dan Sastra Indonesia (1994), darah Laut: Kumpulan cerpen dan Puisi (1997), dan Omong-omong H.B Jassin (Perjalanan ke Amerika 1958-1959) (1997).
Buku dan Bunga Rampai yang dieditnya antara lain :
Gema Tanah Air (1948), Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang (1948), Kisah: Sorotan cerita pendek (1961), Amir Hamzah Raja Penyair Pujangga Baru (1962), Pujangga Baru: Prosa dan Puisi (1963), Angkatan 66: Prosa dan Puisi (1968), dan Polemik: Suatu Pembahasan Sastra dan Kebebasan Mencipta Berhadapan dengan Undang-undang dan Agama (Kumpulan esai, Kuala Lumpur, 1972).
Terjemahannya: Chusingura (karya Sakae Shioya; terjemahan bersama Karim Halim, 1945), Renungan Indonesia (Karya Sjahrazed, 1947), Terbang Malam (Karya A. de St-Exupery, 1949), Api Islam (Karya Syed Ameer Ali, 1966), Cerita Panci dalam Perbandingan (Karya Poerbatjaraka; terjemahan bersama Zuber Usman, 1968), Max Havelaar (karya Multatuli, 1972) dan lain-lain.

Sumber : Ensiklopedia Sastra Indonesia

2 comments:

Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.