Monday, February 17, 2020

Dzikir antara Mengingat dan Menyebut Nama Allah

Dalam buku yang saya baca yang berjudul "Fiqih Keseharian Gus Mus" pada halaman 47 terbitan tahun 2005 ada pertanyaan tentang dzikir. 
Pertanyaannya adalah : Apakah sebenarnya dzikir itu? sebab ada yang mengatakan dzikir itu ialah "mengingat Allah", ada juga yang mengatakan "menyebut-nyebut Nama Allah", manakah yang benar?. Pertanyaan yang kedua : Ada orang yang pandai (mnegerti) tentang agama tapi banyak berbuat dosa (maksiat), ada lagi yang bodoh (tidak begitu mengerti) tentang agama tapi rajin dan tekun beribadah; manakah diantara keduanya yang baik?
Berikut ini adalah jawaban dari Gus Mus Rembang:
  1. Menurut kamus (Arab) , dzikir yang berasal dari lafal dzakara-dzakuru-udzkur-dzikr, bisa berarti mensucikan dan memuji (Allah; ingat, mengingat, peringatan, menutur, menyebut, dan melafalkan. Di dalam Al-Qur'an - yang juga disebut Adz-Dzikr-kita dapat menjumpai lafal itu, di dalam berbagai bentuknya (Masdar, fi'il madhi, amar, mudhari', dan sebagainya), lebih dari 200 kali dengan  berbagai maknanya termasuk makna istilah seperti dalam pembicaraan kita sekarang ini.
    Jadi, menilik asal maknanya, dzikir itu memang bisa berarti "mengingat Allah". Karena itu, menurut ulama, dzikir bisa dilakukan dengan hati("mengingat"), bisa pula dengan lisan ("menyebut-nyebut").
    Disurah 3 , Ali Imran : 191 antara lain Allah berfirman yang artinya: "Mereka yang mengingat Allah diwaktu berdiri, duduk, dan berbaring....".
    Disurah 4, An-Nisa:103, Allah berfirman yang artinya: "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, ingatlah diwaktu berdiri, duduk, maupun berbaring...".
    Dalam hadist sahih riwayat At-Turmudzi dari sahabat Abdullah bin Busr r.a berkata: "Ya, Rasulalloh ajaran-ajaran Islam telah banyak padaku, maka beritahulah aku sesuatu yang dapat aku jadikan pegangan. Rasululah Saw. menjawab : Biarkanlah lisanmu terus basah dengan menyebut Allah".
  2. Kedua-duanya tidak baik. Tapi ditinjau dari segi kemasyarakatan, yang pertama (yang pandai ilmu tapi banyak berbuat dosa) masih bisa dimanfaatkan orang karena ilmunya. Sedangkan yang kedua, ibadahnya belum tentu bermanfaat bagi dirinya sendiri, karena tanpa ilmu;apalagi bagi orang lain.
    Wallahu A'lam.

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.