Saya kenal Uke sejak kelas lima SD. Sejak Uke pindah ke sekolah ini. katanya, ia dari Yogyakarta. Waktu pertama kali melihat Uke, saya sempat ragu juga. Soalnya saya bingung, yang saya lihat ini cewek apa cowok, alias lelaki atau perempuan? Sebab wajah anak baru itucantik betul sih. Serta tubuhnya pun tidak setegap cowok lainnya.
Ternyata tidak cuma saya saja yang diliputi keragu-raguan. teman-teman yang lain juga begitu. Tapi kalau di lihat namanya, ia jelas cowok. nama Raden Uke bambang Prakoso, itu pasti nama anak laki-laki. Berarti keraguan kami sudah terjawab.
Uke manis, Kulit uke Kuning langsat. Pokoknya uke cantik banget deh. Saya saja yang perempuan sering iri melihat wajah Uke. Saya suka di bilang pesek, sementara hidung Uke mancung dan sedikit lancip. Bibir saya agak tebal, tapi bibir Uke tipis kemerahan. badan saya gembrot dan langkah saya begitu kaku, sementara Uke cowok badannya kurus ramping dan langkahnya gemulai.
yang lebih unik lagi, Uke amat jarang bermain dengan anak laki-laki. Ia lebih senang main dengan saya, Nunuik, Tika, Wiwid, dan anak-anak perempuan lainnya.
Contohnya waktu pelajaran olahraga. Anak-anak cowok berlari ke lapangan untuk segera main bola kaki. tetapi Uke cuma memandang saja. ia yang sudah berseragam olahraga, tidak bergerak untuk turut main bola kaki. "kamu ngga ikut main Ke?" tanya saya.
"Nggak, ah. saya sedang tidak enak badan!" jawab Uke. Akhirnya, saya tidak memaksa Uke untuk main. namun, setiap kali pelajaran olahraga Uke selalu diam. Sering saya temui ia duduk sendirian di sudut lapangan. Kadang-kadang saya datang menghampiri. tapi Uke tampak kurang senang kalau saya menemaninya duduk.
Melihat tiingka Uke, akhirnya anak-anak mulai iseng menggunjingnya. Berbagai omongan terdengar tanpa sepengetahuan Uke. Omongan-omongan yang lebih menyudutkan Uke. Saya yang mendengar terkadang jengkel dan sakit hati. tapi kalau saya yang marah, saya takut teman-teman malah berbalik menggunjing saya.
"Uke itu seperti cewek ya,"? Ihhhh, jangan-jangan ia banci," kata Wiwid, suatu ketika.
"Wajahnya saja kaya cewek. Badannya kayak cewek, Suara dan tingkah lakunya kayak cewek. Ya, tak salah lagi, Uke memang menunjukan tanda-tanda banci," sambut Tika, tanpa perasaan.
"Biar bagus, suruh saja cowok cantik itu ganti nama. Nama yang cocok untuknya adalah Dorce," Nunik tak mau kalah, ikut-ikutan mengejek. "dan biar tambah luwes, suruh saja si Uke latihan ballet, atau jaipongan saja sekalian," suara Tika terdengar lagi.
Saya yang mendengarnya jadi sakit hati. Rasanya hati saya tidak tega mendengar Uke diejek begitu. Untung saja Uke tidak tahu. Coba seandainya tahu, tentu hatinya akan sakit sekali. Tentu ia akan membenci teman-teman kelasnya sendiri. Akhirnya, saya tinggalkan Tika, Nunik, dan Wiwid yang sibuk membicarakan kejelekan Uke.
Suatu ketika kami latihan olahraga lagi. Uke juga ikut. Tapi lagi-lagi Uke tidak ikut. Saya memperhatikan sikapnya itu. Teman-temannya juga memperhatikannya. Bahkan mereka berbisik-bisik yang nadanya mengejek Uke.
Tanpa dikomando, saya dekati Uke. Biar bagaimanapun Uke harus menunjukan bahwa ia bisa main bola. Padahal Pak Togar, tidak pernah memaksa setiap murid untuk ikut main bola. Bebas. Yang penting ikut olahraga.
Akhirnya, Uke maju juga main bola. Anak-anak tercengang melihat ia memasuki lapangan. tetapi Uke sama sekali tidak bisa main. berebut bola saja sudah membuat bingung. Apalagi harus menendangnya. Napasnya mulai tersengal-sengal ketika harus berlari kesana-kemari.
"Kamu keluar saja deh, tidak usah ikut main. Bikin kacau. Mendingan kamu pakai rok saja. dasar banci!" Anto memarahi Uke. Mungkin karena tak sabar melihat permainan Uke.
"Mindo, apakah saya kayak cewek? Kenapa taman-teman mengatakan saya kayak cewek? Kenapa? Uke bertanya dengan sedih.
Saya tertunduk. Ada perasaan bersalah telah menyuruh Uke ikut main bola tadi. "maafkan saya Ke?" Kta saya akhirnya.
"Mindo, mengapa teman-teman melihat saya dengan pandangan aneh? Apa salah saya? Mindo, Mindo......, apa benar saya banci?"
"Uke,!" bentak saya, "kamu, saya dan teman-teman yang lain masih kecil, masih senang bicara asal-asalan. Uke, kalau kamu mau mengubah sedikit saja gayamu dan mulai aktif olahraga seperti cowok-cowok yang lain, tentu teman-teman tidak akan mengejekmu lagi. Kamu bukan banci, Ke. Kamu lelaki. Sungguh. Cuma kamu kelewatan lembut. kelembutan itu yang mesti kamu ubah!"
Uke menundukan kepalanya. Saya berikan sapu tangan untuk mengusap airmatanya. Sejak saat itu Uke memang berusaha mengubah sikap dan gayanya.
Sekarang saya sudah duduk di bangku SMP. Sejak lulus kelas enam, saya tidak bertemu Uke lagi. Saya tidak pernah melihat senyunya yang manis bibirnya yang tipis. Pokonya saya tidak pernah bertemu cowok cantik itu lagi.
Suatu ketika saya ikut menonton pertandingan bola basket antara SMP saya dengan SMP lain. Saya melihat salah seorang pemain dari SMP lain yang sepertinya saya kenal. ia memang kelihatannya jago main bola basket. saya ingin berteriak memanggil namanya, tetapi saya urungkan, karena takut salah panggil.
ketika tiba wktu istirahat, para pemain pun keluar lapangan. Saya pun berlari ke arah pemain SMP saya yang menepi.
"Mindo....Mindo....., tunggu dulu!" terdengar suara seseorang. saya cepat menoleh.
"Uke!" seru saya. Rupanya dugaan saya itu benar.
"terimakasih ya, Mindo nasehatmu dulu. Sekarang aku tidak minder dan takut lagi. terimakasih ya......," kata Uke berulangkali dengan mata berbinar.
saya cuma bisa menganggug saja. Bahkan ketika Uke pergi pun saya cuma mengangguung-angguk tanpa bersuara.
Ketika pertandingan di mulai. saya jadi berbalik membela dan memberi semangat SMP-nya Uke yang jadi lawan SMP saya. setiap Uke memasukan bola saya bertepuk tangan dengan riangnya.
Uke memang telah berubah. kulitnya sudah berwarna coklat, seperti sering berpanas-panasan dibawah terik matahari. Senyumnya, matanya, sepertinya semua berubah. Ia tidak cantik seperti dudu lagi.
Di dalam lapangan basket yang riuh karena sorak-sorak penonton, saya tercenung sendirian. Uke sahabat saya kini bukan Uke yang dulu lagi. Entah kenapa, saya jadi rindu senyum manisnya. saya rindu cowok cantik yang dulu jadi sahabat saya, bukan jagoan basket yang sekarang sedang ditepuki penonton. Bukan. Bukan Uke yang sekarang.
Entah kenapa begitu...........
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.