Thursday, January 30, 2014

Contoh Karangan Narasi Ekspositorik

DIANTARA PELUH DAN PELUIT
Saat itu aku tengah belajar, ketika aku mendengar suara pintu di ketuk. Setelah aku membukanya ternyata seorang teman ayah yang datang. Ia teman sekerja ayah, sama-sama tukang parkir. Kedatangannya malam it untuk mengantarkan  ayah pulang. Penyakit sesak napas menahun yang diderita ayah, tiba-tiba kambuh selagi dia bekerja. Lalu, Ayah diantarkan pulang dengan menumpang becak.
Peristiwa itu terjadi pada bulan Mei 2013, sewaktu aku duduk di kelas XI SMA. memang aku dan ibu telah memaklumi penyakit yang di derita ayah. Telah beberapa kali ayah mengalami hal seperti itu. Setiap kali pula relung hatiku yang paling dalam tersentuh, bilamana melihat keadaan ayah. Tubuhnya terkulai lemas, napasnya tersengal-sengal, wajahnya memucat dan keringat membasahi sekujur badannya. Ayah memang bekerja keras memburu rupiah untuk mengumpulkan asap dapur, dan demi sekolahku. Sedangkan ibu hanya sebagai tukang cuci pakaian di rumah tetangga dengan imbalan yang tidak besar.
Pernah aku ingin berhenti sekolah untuk menggantikan kedudukan ayah sebagai tukang parkir. Tetapi tidak boleh, karena ayah membanting tulang agar aku suatu ketika kelak menjadi pegawai negeri. Tetapi aku bersikeras, dengan alasan aku bekerja tanpa harus berhenti sekolah. Akhirnya ayah memberikan persetujuan.
Semenjak itu, aku mempunyai profesi sebagai tukang parkir di samping sebagai pelajar. Pekerjaan ku itu berjalan lancar. Ayah kemudian hanya bekerja di rumah menyetrika pakaian yang pagi hari di cuci ibu. Waktu itu kondisi keluarga sedikit membaik. Aku bahkan dapat menabung Rp.3.000.000  setahunyang aku rencanakan untuk biaya masuk perguruan tinggi.
Suatu malam, sebuah sepeda motor yang diparkir dan menjadi tanggungjawabku hilang. Peristiwa yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pemiliknya memintaku bertanggungjawab. Ia memintaku menggantikan sepeda motornya. Walaupun telah di bantu oleh beberapa teman melacak sepeda itu namun tidak ketemu juga. Akhirnya disepakati aku harus menanggung separuh harga sepeda motor itu, sebanyak tiga juta rupiah, sehingga tabunganku berpindah tangan.
Berhari-hari aku terguncang dengan peristiwa itu. Konsentrasiku belajar juga terganggu. Masih untung aku bisa lulus, biarpun dengan nilai pas-pasan. 
Hingga akhirnya aku berhati-hati lagi dalam bekerja. Kini tabunganku secara bertahap terus bertambah, bahkan dapat melampau jumlah yang hilang. Pada tahun ajaran berikutnya aku di terima PTS di kotaku. Wawasanku tentang masa depanku bertambah. Yang lebih membahagiakan, penyakit ayah kian hari berangsur membaik karena rajin berobat ke dokter. Tampak di wajahnya kebahagiaan karena anaknya bisa kuliah. Dan ayah sangat brharap anaknya suatu saat bisa jadi Sarjana.
(Sudarmaji,Solo)

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.