"Des, sini sebentar! Bantu ibu ambilkan rapor di Bu Yayah, di ruang TU, ya!" kata Bu Sofi. Aku yang sedang berada di dekat meja Bu Ayu, segera menuju ruang TU. Setelah menyerahkan rapor ke Bu Sofi, aku kembali ke meja Bu Ayu melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Kuambil format-format di laci meja Bu Ayu. Format pernyataan tidak menjadi anggota Geng Motor. Setelah kedatangan Pak Polisi yang memberikan pengarahan saat upacara bendera hari senin kemarin, sekolah mengharuskan para siswa membuat pernyataan tidak sedang menjadi anggota geng motor. Setumpuk format pernyataan, kuangkat dengan susah payah, berat juga tumpukan itu. Memang, seluruh siswa, kelas VII, VIII dan IX yang mengumpulkan format pernyataan itu. Tentu saja jadi banyak dan berat.
Bergegas aku ke luar dari ruang guru, aku ingin segera bergabung di ruang OSIS, Bu Ayu, Pembina OSIS, sudah menunggu disana. Kalau Bu Ayu sedang berkumpul di basecamp, begitu kami menyebut ruang OSIS, suasana pasti menyenangkan karena Bu Ayu ini selalu menciptakan suasana 'heboh' dan 'fun' gaya Bu Ayu memang lain dari pada Guru lain. Di kelas pun, kata kakak-kakak di kelas IX yang diajar sama Bu Ayu, beliau selalu menciptakan suasana kelas yang seru dan menyenangkan. Aku juga jadi penasaran, rasanya tak sabar ingin segera duduk di kelas IX, siapa tahu dapat kelas baru Bu Ayu dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Betul saja, di ruang OSIS tampak Bu Ayu sedang 'dikerubuti' (kayak semut aja) teman-teman pengurus OSIS. Kuletakan format-format tersebut yang sebagian dibawa sama Luky (yang kebetulan berpapasan saat keluar dari ruang guru tadi) di atas meja.
"Nah, kata Bu Ayu. "Sekarang tugas kalian adalah memisahkan format-format iniseuai kelasnya. Beri tanda ceklis nama pada daftar siswa ini yang ada formatnya, jadi yang belum mengumpulkan akan terlihat!" lanjutnya. "Des, atur sama kamu pembagian tugasnya!" intruksi beliau selanjutnya.
Mulailah aku membagi tugas mendata format pernyataan itu sesuai kelas. Sementara kulihat Bu Ayu mengecek daftar hadir rapat dan membaca-baca catatan dalam buku notula rapat OSIS. bu Ayu memang selalu mengecek kelengkapan administrasi kami.
"daftar hadir piket mana, Rin?" tanya Bu Ayu pada Rina, sekertaris OSIS.
Rina membuka Locker dan mengeluarkan daftar hadir piket kemudian menyerahkannya kepada Bu Ayu. Dengan teliti Bu Ayu memriksa. "Si Mautits sering nggak hadir piket, ya?" tanyanya seolah tak memerlukan jawaban.
"Bu, sambil cerita dong!" tiba-tiba kudengar Rere nyeletuk. Dia memang suka begitu, polos tanpa basa-basi. Tapi kami suka dia begitu. Kadang-kadang sesuatu yang tidak kami berani mengemukakannya, Rere lah yang mewakili.
"Cerita apa?" tanya Bu Ayu. Kami memang sangat menyukai cerita Bu Ayu. Inilah salah satu perbedaan Bu Ayu dari guru yang lain. Kalau kami sedang bekerja atau sekedar berkumpul di ruang OSIS, Bu Ayu suka menceritakan sesuatu, ini tak kami dapatkan dari guru yang lain yang kelihatanya selalu jaim. Setelah sekali mendengarkan Bu Ayu bercerita, kami jadi ketagihan. Untungnya, Bu Ayu selalu memenuhi keinginan kami. Kami senang mendengarkan cerita-cerita Bu Ayu. "Apa aja,Bu. soalnya sudah sebulan kita tidak mendengar cerita Ibu,"kata Rere seperti memaksa.
"Iih, kamu ini kan sedang bekerja! tuh nanti nggak selesai ngedata formatnya" kilah Bu Ayu,
"Ah, sambil kerja, Bu! Bisa Kok! Pokoknya kerjaan dijamin selesai. Ok!Bu?" desak Rere lagi.
"Okey, kalau begitu!" kata Bu Ayu sambil senyum.
"Asyiiiik!" seru kami serempak, memang kami sudah rindu cerita Bu Ayu. Betul kata Rere, selama sebulan ini Bu Ayu tidak menengok kami di ruang OSIS. Kami juga mengerti, menjelang akhir semester, kesibukan semua guru tampak lebih meningkat.
"Siap?" tanya Bu Ayu.
"Siaaap!" seru kami semangat. Semua antausias ingin mendengarkan cerita Bu Ayu dan secara otomatis kegiatan pun terhenti.
"Tuh.! kan jadi nggak kerja!" kata Bu Ayu.
"nantu diselesaikan, Bu! Suweeeeerr!" kata kami kompak.
Bu Ayu tersenyum tampak mengerti. "Dasar kalian!" katanya. Dan kami tahu betul beliau tidak marah.
"Begini, ibu punya ceritayang ibu dapat waktu ikut pelatihan MMAS," Bu Ayu memulai ceritanya.
"Apa,Bu MMAS itu?" tanya Baim.
"Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra," jelas Bu Ayu.
"Ceritanya gimana, Bu?" tanya Fariz tak sabar.
"ceritanya berjudul Kerajaan Nikotin, ini merupakan cerita yang dikisahkan kembali oleh seorang bernama Cigarilos. Hidup seorang raja yang bernama Minyak Jinggo.Raja yang kokon gagah perkasa dan suka makan ini, mempunyai seorang panglima perang bernama Commodore, serta mempunyai dua orang puteri yang cantik jelita bernama Sriwedari dan putri iCapri. Salah seorang putri yang bernama Sriwedari itu, sering disebut sebagai Maskot kerajaan.
Suatu hari, ketika sang putri yang bernama Sriwedari tengah bermain di lembah Virginia Slim, tak diduga datanglah segerombolan coboy Malboro yang dipimpin oleh Mr.Brown,mengendarai kuda-kuda mereka yang gagah. Koboy-koboy itu agaknya sangat tergiur dengan kecantikan Siwedari. Mereka lalu menculiknya,"
"Hi...hi... kok namanya rokok semua, Bu? Rere nyelentuk memotong cerita Bu Ayu. "Mau diteruskan nggak?" tanya Bu Ayu tanpa menjawab pertanyaan Rere.
"teruskan....! seru kami lagi-lagi kompak.
"Beberapa hari kemudian, Minyak Jinggo sang raja yang amat suka makan sukun goreng itu menerima ancaman."
"Raja kok sukanya makan Sukun Goreng," lagi-lagi Rere nyelentuk.
"Ssst....!" kami kompak lagi menempelkan telunjuk di bibir kami, melotot ke arah Rere.
"bunyi ancamannya begini," lanjut Bu Ayu.
"Wahai Raja, kalau engkau ingin puteramu selamat, sediakan uang sebanyak 555 juta dolar dan kirimkan ke Gudang Garam di negeri Kansas. Kalau engkau tidak mengirim uang tebusan itu, kami akan tusuk-tusuk badan puterimu dengan Djarum Super biar Bentoel-bentoel."
"Hihi... kali ini Rere tidak bisa menahan tawanya, begitu juga kami. Seelah menahan tawa karena tidak ingin mengganggu jalan cerita Bu Ayu, akhirnya pertahanan kami bobol juga. Kami semua tertawa. Habis, lucu sih. Bu Ayu ini ada-ada saja, tokoh-tokoh ceritanya semua nama rokok. Sempat-sempatnya mendata nama-nama rokok. Kulihat Bu Ayu juga tertawa. Beliau memberi kesempatan dulu kepada kami untuk melepaskan tawa. Selanjutnya kami samasama tak sabar ingin mendengar kelanjutan ceritanya.
"Teruskan, Bu?" pintaku sambil menahan sisa tawa.
"Membaca surat ancaman itu, raja menjadi geram. segera diadakanlah sayembara untuk mencari pendekar sakti yang dapat menyelamatkan sang putri. dari para pendekar yang ikut sayembara, terpilihlah pendekar Sampoerna dengan senjata andalannya Gentong Gotri, Retjo pentung, dan pompa. Sang pendekar yang berwajah cool ini merupakan murid seorang pendekar Tiongkok bernama Dji Sam Soe. Dia mempunyai prinsip Kalau bisa nomor 1 buat apa 2,3,4".
Hari yang ditentukan tiba. Berlayarlah sang pendekar menaiki kapal US$ Kenedydengan nahkoda bernama Marcopollo dan Ardath, seorang juru mudi kawakan keturunan Java-American, sebelum berangkat, sang pendekar menyempatkan diri menemui gurunya dan mengucapkan salam "Wismilak, Suhu!" Sang Suhu menjawab dan mendoakan : Get Lucky Srike, muridku!" sedangkan sang raja ketika dipamiti oleh sang pendekar, dia berkata, Losta Masta.Wahai Pendekar.!"
Dengan mengendarai Mustang dan peralatan canggih, sang pendekar memberikan perlawanan yang gigih di bukit Dunhill. Para Koboy itudi hajar habis sampai mereka menthol jauh sekali. Akhirnya sang pendekar berhasil menyelamatkan sang Putri.
Menghadapi kenyataan ini, sang raja sangat bersuka ria. Sebagai hadiah, sang pendekar dinikahkan dengan sang putri Sri Wedari yang telah ditolongnya itu.
Maka, pesta meriah pun diselenggarakan di restoran mewah Pall Mall di kota LA Light yang terletak di tepi Long Beach. Pada saat makan malam tengah berlangsung, sang raja menghampiri sang pendekar yang entah kenapa, di tengah kemeriahan pesta justru dia tampak murung. Raja pun bertanya "Hai, pendekar, ini bukan basa-basi. Pesta ini dislenggarakan untuk merayakan kemenangan dan perkawinan kalian. mengapa pendekar malah menampakan wajah murung saja? Bukankah pendekar pernah mengatakan pada saya bahwa pendekar punya prinsip Asyiknya rame-rame!".
Dengan agak segan, sang pendekar menjawab, "maafkan hamba, tuanku, begini-begini saya ini Pria Punya Selera!".
"Hahahaha......hihihihi....!" Akhirnya kami tak dapat menahan tawa. kami senang sekali mendengar cerita Bu Ayu.
"Bu, aku mau mencatat nama-nama rokok dan jingle-jingle iklan tadi, Bu! Buat kuceritakan lagi sama teman-temanku nati," kata Rere.
"Bu, teruskan lagi!" Belum tamat kan ceritanya!"tanya Nisa tampak penasaran.
"Sudah, ah!" kata Bu Ayu. 'Ayo teruskan kerjaan kalian! Ibu juga mau ke ruang guru, masih banyak pe-er yang masih belum selesai!" kata Bu Ayu sambil berdiri. Senyumnya masih mengembang di bibirnya. "Selamat bekerja, semoga sukses!" kalimat yang selalu diucapkan Bu Ayu kalau kami diberi tugas. Lumayan juga, kalimat itu bisa menyemangati kami dan membuat kami selalu senang mengerjakan apapun yang ditugaskan beliau. "See you next time!" i Love you" lanjutnya sambil melambaikan tangan dan berjalan meninggalkan ruang OSIS.
"Bye mom! thank you for the story!" teriak Rere keras sekali. "I love you!" lanjutnya. "Thank you mam, I Love you, too!" seru kami serempak.
Senyuman masih tampak tersungging di bibir Bu Ayu saat beliau melewati pintu ruang OSIS dan barulah menuju ruang guru.
Itulah Bu Ayu, beliau guru Bahasa Indonesia tetapi senang berbicara bahasa inggris. Lumayan, walaupun belepotan, kami bisa bebas mengucapkan kata-kata bahasa Inggris tanpa takut salah. Di banding di kelas, saat pelajaran Bahasa Inggris, kami malah takut berbicara bahasa Inggris, takut salah.
Tinggalah kami melanjutkan pekerjaan di ruang OSIS. penuh canda tawa, semua tampak gembira dan tak selesai-selesai membahas cerita Bu Ayu tadi. Cerita yang benar-benar meninggalkan kesan tersendiri bagi kami.
Betul saja, di ruang OSIS tampak Bu Ayu sedang 'dikerubuti' (kayak semut aja) teman-teman pengurus OSIS. Kuletakan format-format tersebut yang sebagian dibawa sama Luky (yang kebetulan berpapasan saat keluar dari ruang guru tadi) di atas meja.
"Nah, kata Bu Ayu. "Sekarang tugas kalian adalah memisahkan format-format iniseuai kelasnya. Beri tanda ceklis nama pada daftar siswa ini yang ada formatnya, jadi yang belum mengumpulkan akan terlihat!" lanjutnya. "Des, atur sama kamu pembagian tugasnya!" intruksi beliau selanjutnya.
Mulailah aku membagi tugas mendata format pernyataan itu sesuai kelas. Sementara kulihat Bu Ayu mengecek daftar hadir rapat dan membaca-baca catatan dalam buku notula rapat OSIS. bu Ayu memang selalu mengecek kelengkapan administrasi kami.
"daftar hadir piket mana, Rin?" tanya Bu Ayu pada Rina, sekertaris OSIS.
Rina membuka Locker dan mengeluarkan daftar hadir piket kemudian menyerahkannya kepada Bu Ayu. Dengan teliti Bu Ayu memriksa. "Si Mautits sering nggak hadir piket, ya?" tanyanya seolah tak memerlukan jawaban.
"Bu, sambil cerita dong!" tiba-tiba kudengar Rere nyeletuk. Dia memang suka begitu, polos tanpa basa-basi. Tapi kami suka dia begitu. Kadang-kadang sesuatu yang tidak kami berani mengemukakannya, Rere lah yang mewakili.
"Cerita apa?" tanya Bu Ayu. Kami memang sangat menyukai cerita Bu Ayu. Inilah salah satu perbedaan Bu Ayu dari guru yang lain. Kalau kami sedang bekerja atau sekedar berkumpul di ruang OSIS, Bu Ayu suka menceritakan sesuatu, ini tak kami dapatkan dari guru yang lain yang kelihatanya selalu jaim. Setelah sekali mendengarkan Bu Ayu bercerita, kami jadi ketagihan. Untungnya, Bu Ayu selalu memenuhi keinginan kami. Kami senang mendengarkan cerita-cerita Bu Ayu. "Apa aja,Bu. soalnya sudah sebulan kita tidak mendengar cerita Ibu,"kata Rere seperti memaksa.
"Iih, kamu ini kan sedang bekerja! tuh nanti nggak selesai ngedata formatnya" kilah Bu Ayu,
"Ah, sambil kerja, Bu! Bisa Kok! Pokoknya kerjaan dijamin selesai. Ok!Bu?" desak Rere lagi.
"Okey, kalau begitu!" kata Bu Ayu sambil senyum.
"Asyiiiik!" seru kami serempak, memang kami sudah rindu cerita Bu Ayu. Betul kata Rere, selama sebulan ini Bu Ayu tidak menengok kami di ruang OSIS. Kami juga mengerti, menjelang akhir semester, kesibukan semua guru tampak lebih meningkat.
"Siap?" tanya Bu Ayu.
"Siaaap!" seru kami semangat. Semua antausias ingin mendengarkan cerita Bu Ayu dan secara otomatis kegiatan pun terhenti.
"Tuh.! kan jadi nggak kerja!" kata Bu Ayu.
"nantu diselesaikan, Bu! Suweeeeerr!" kata kami kompak.
Bu Ayu tersenyum tampak mengerti. "Dasar kalian!" katanya. Dan kami tahu betul beliau tidak marah.
"Begini, ibu punya ceritayang ibu dapat waktu ikut pelatihan MMAS," Bu Ayu memulai ceritanya.
"Apa,Bu MMAS itu?" tanya Baim.
"Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra," jelas Bu Ayu.
"Ceritanya gimana, Bu?" tanya Fariz tak sabar.
"ceritanya berjudul Kerajaan Nikotin, ini merupakan cerita yang dikisahkan kembali oleh seorang bernama Cigarilos. Hidup seorang raja yang bernama Minyak Jinggo.Raja yang kokon gagah perkasa dan suka makan ini, mempunyai seorang panglima perang bernama Commodore, serta mempunyai dua orang puteri yang cantik jelita bernama Sriwedari dan putri iCapri. Salah seorang putri yang bernama Sriwedari itu, sering disebut sebagai Maskot kerajaan.
Suatu hari, ketika sang putri yang bernama Sriwedari tengah bermain di lembah Virginia Slim, tak diduga datanglah segerombolan coboy Malboro yang dipimpin oleh Mr.Brown,mengendarai kuda-kuda mereka yang gagah. Koboy-koboy itu agaknya sangat tergiur dengan kecantikan Siwedari. Mereka lalu menculiknya,"
"Hi...hi... kok namanya rokok semua, Bu? Rere nyelentuk memotong cerita Bu Ayu. "Mau diteruskan nggak?" tanya Bu Ayu tanpa menjawab pertanyaan Rere.
"teruskan....! seru kami lagi-lagi kompak.
"Beberapa hari kemudian, Minyak Jinggo sang raja yang amat suka makan sukun goreng itu menerima ancaman."
"Raja kok sukanya makan Sukun Goreng," lagi-lagi Rere nyelentuk.
"Ssst....!" kami kompak lagi menempelkan telunjuk di bibir kami, melotot ke arah Rere.
"bunyi ancamannya begini," lanjut Bu Ayu.
"Wahai Raja, kalau engkau ingin puteramu selamat, sediakan uang sebanyak 555 juta dolar dan kirimkan ke Gudang Garam di negeri Kansas. Kalau engkau tidak mengirim uang tebusan itu, kami akan tusuk-tusuk badan puterimu dengan Djarum Super biar Bentoel-bentoel."
"Hihi... kali ini Rere tidak bisa menahan tawanya, begitu juga kami. Seelah menahan tawa karena tidak ingin mengganggu jalan cerita Bu Ayu, akhirnya pertahanan kami bobol juga. Kami semua tertawa. Habis, lucu sih. Bu Ayu ini ada-ada saja, tokoh-tokoh ceritanya semua nama rokok. Sempat-sempatnya mendata nama-nama rokok. Kulihat Bu Ayu juga tertawa. Beliau memberi kesempatan dulu kepada kami untuk melepaskan tawa. Selanjutnya kami samasama tak sabar ingin mendengar kelanjutan ceritanya.
"Teruskan, Bu?" pintaku sambil menahan sisa tawa.
"Membaca surat ancaman itu, raja menjadi geram. segera diadakanlah sayembara untuk mencari pendekar sakti yang dapat menyelamatkan sang putri. dari para pendekar yang ikut sayembara, terpilihlah pendekar Sampoerna dengan senjata andalannya Gentong Gotri, Retjo pentung, dan pompa. Sang pendekar yang berwajah cool ini merupakan murid seorang pendekar Tiongkok bernama Dji Sam Soe. Dia mempunyai prinsip Kalau bisa nomor 1 buat apa 2,3,4".
Hari yang ditentukan tiba. Berlayarlah sang pendekar menaiki kapal US$ Kenedydengan nahkoda bernama Marcopollo dan Ardath, seorang juru mudi kawakan keturunan Java-American, sebelum berangkat, sang pendekar menyempatkan diri menemui gurunya dan mengucapkan salam "Wismilak, Suhu!" Sang Suhu menjawab dan mendoakan : Get Lucky Srike, muridku!" sedangkan sang raja ketika dipamiti oleh sang pendekar, dia berkata, Losta Masta.Wahai Pendekar.!"
Dengan mengendarai Mustang dan peralatan canggih, sang pendekar memberikan perlawanan yang gigih di bukit Dunhill. Para Koboy itudi hajar habis sampai mereka menthol jauh sekali. Akhirnya sang pendekar berhasil menyelamatkan sang Putri.
Menghadapi kenyataan ini, sang raja sangat bersuka ria. Sebagai hadiah, sang pendekar dinikahkan dengan sang putri Sri Wedari yang telah ditolongnya itu.
Maka, pesta meriah pun diselenggarakan di restoran mewah Pall Mall di kota LA Light yang terletak di tepi Long Beach. Pada saat makan malam tengah berlangsung, sang raja menghampiri sang pendekar yang entah kenapa, di tengah kemeriahan pesta justru dia tampak murung. Raja pun bertanya "Hai, pendekar, ini bukan basa-basi. Pesta ini dislenggarakan untuk merayakan kemenangan dan perkawinan kalian. mengapa pendekar malah menampakan wajah murung saja? Bukankah pendekar pernah mengatakan pada saya bahwa pendekar punya prinsip Asyiknya rame-rame!".
Dengan agak segan, sang pendekar menjawab, "maafkan hamba, tuanku, begini-begini saya ini Pria Punya Selera!".
"Hahahaha......hihihihi....!" Akhirnya kami tak dapat menahan tawa. kami senang sekali mendengar cerita Bu Ayu.
"Bu, aku mau mencatat nama-nama rokok dan jingle-jingle iklan tadi, Bu! Buat kuceritakan lagi sama teman-temanku nati," kata Rere.
"Bu, teruskan lagi!" Belum tamat kan ceritanya!"tanya Nisa tampak penasaran.
"Sudah, ah!" kata Bu Ayu. 'Ayo teruskan kerjaan kalian! Ibu juga mau ke ruang guru, masih banyak pe-er yang masih belum selesai!" kata Bu Ayu sambil berdiri. Senyumnya masih mengembang di bibirnya. "Selamat bekerja, semoga sukses!" kalimat yang selalu diucapkan Bu Ayu kalau kami diberi tugas. Lumayan juga, kalimat itu bisa menyemangati kami dan membuat kami selalu senang mengerjakan apapun yang ditugaskan beliau. "See you next time!" i Love you" lanjutnya sambil melambaikan tangan dan berjalan meninggalkan ruang OSIS.
"Bye mom! thank you for the story!" teriak Rere keras sekali. "I love you!" lanjutnya. "Thank you mam, I Love you, too!" seru kami serempak.
Senyuman masih tampak tersungging di bibir Bu Ayu saat beliau melewati pintu ruang OSIS dan barulah menuju ruang guru.
Itulah Bu Ayu, beliau guru Bahasa Indonesia tetapi senang berbicara bahasa inggris. Lumayan, walaupun belepotan, kami bisa bebas mengucapkan kata-kata bahasa Inggris tanpa takut salah. Di banding di kelas, saat pelajaran Bahasa Inggris, kami malah takut berbicara bahasa Inggris, takut salah.
Tinggalah kami melanjutkan pekerjaan di ruang OSIS. penuh canda tawa, semua tampak gembira dan tak selesai-selesai membahas cerita Bu Ayu tadi. Cerita yang benar-benar meninggalkan kesan tersendiri bagi kami.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.