Assalamu'alaikum Wr.Wb. Hadirin kaum muslimin rahimakumullah.
Sudah menjadi kewajiban kita masing-masing bertakwa kepada Allah SWT. dan senantiasa meningkatkan nilai-nilai ketakwaan itu semampu kita. Bahkan kita harus berjuang agar semua amal perbuatan bisa terkontrol oleh nilai ketakwaan yang ada dalam diri kita. Dan tidak menyimpang dari nilai-nilai agama dan tuntunan syariat. Kita juga wajib berharap kepada Allah, memohon dan berdoa kepada-Nya agar perjalanan hidup kita ini selalu mendapatkan rahmat dan ridlo-Nya sehingga dapat tercapai tujuan hidup tentram, selamat di dunia dan di akhirat.
Tentu hal tersebut harus disertai dengan amal yang salih. Amal yang sesuai dengan ilmunya. Sebab, harapan-harapan kita, sebesar apapun apabila tidak disertai dengan amal maka itulah sebuah angan-angan belaka dan tidak membekaskan suatu hasil apapun. Sedangkan yang dituntut dari orang yang arif bi Allah adalah dapat menjadi benar dalam menghambakan dirinya kepada Allah dan dapat mendirikan segala hak-hak ketuhanan.
Al Atha’ dalam kitab al-Hikam menerangkan, yang artinya:
Apabila Allah telah merizekikan kepadamu ketaatan di dalam melaksanakan segala perintah-Nya dan merasa kaya dengannya. Yakni sudah merasa cukup, dengan ketakwaan itu dan tidak memerlukan apa-apa selainnya. Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah telah mengaruniakan nikmat-Nya secara dhohir dan batin.
Maasiral Muslimin Rahimakumullah
Berkaitan dengan janji Allah atas ketakwaan dan keimanan seseorang, sekaligus ancaman dan kutukan Allah terhadap penyimpangan-penyimpangan dan berpaling dari jalan-Nya. Sesungguhnya Al Quran telah banyak menjelaskan dan menerangkan banyak petunjuk kepada kita dalam perumpamaan yang ada di dalam kehidupan umat-umat sebelum nabi Muhammad.
Memang ada beberapa ayat yang senada dan alurnya sama. Yang mengandung arti penekanan-penekanan yang sama. Di antaranya, firman Allah swt. dalam surah al-A’raf ayat 96 yang artinya:
Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Maasiral Muslimin Rahimakumullah
Yang terakhir, dalam rangkaian ayat yang telah kami baca tadi perlu diperhatikan. Ada dua kalimat yang senada. Dalam ketiga ayat itu ada kalimat wa amanu wa ittaqau. Susunan sama, bentuk sama, dan ada penambahan tauqid dalam musnad dan juga tauqid dalam musnad ilaih. Sehingga mempunyai penegesan bahwa keimanan dan ketakwaan tergantung pada hamba yang melaksanakan, dan balasannya akan dirasakan sendiri baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Ini artinya bahwa keimanan dan ketakwaan ini harus menyatu. Ketakwaan seseorang baru akan dicatat oleh Allah manakala ketakwaan itu didasari oleh keimanan yang mantap dalam hati. Mengapa? Karena keimanan itu adalah pekerjaan hati sebagai simbol dia percaya dan tunduk dalam segala aturan agama. Sedangkan takwa adalah bentuk bukti dari amal perbuatan yang menunjukkan keimanan tersebut melalui amaliah ibadah sehari-hari.
Apabila kedua hal ini ada pada seseorang dan ia mau melaksanakan dengan penuh kesadaran maka sesungguhnya ia berhak mendapatkan janji-janji Allah SWT. Semoga kita dijadikan oleh Allah sebagai hamba-hamba yang mampu melakukan taat dengan sebenar-benarnya dan menjauhi hal-hal yang menjauhkan kita dari jalan Allah SWT.
Demikian kultum tentang ketaqwaan ini saya sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.