Dampak psikologis membentak anak - Mendidik anak dijaman sekarang ini memang butuh ekstra kesabaran, karena banyaknya pengaruh yang ada disekitar kita. Terutama pengaruh perkembangan teknologi, bayangkan saja anak kita tanpa diajari menggunakan ipad atau smartphone sudah pintar menggunakannyacontohnya saja untuk bermain game.
Flashback ke belakang, Ketika Anda masih kecil dan orangtua membentak Anda, apa yang Anda rasakan? Tentu rasanya sungguh menakutkan, bukan? Padahal, Anda hanya melakukan kenakalan yang wajar dilakukan anak-anak seumur Anda saat itu. Anda tidak memahami mengapa orangtua bisa begitu marah pada Anda. Bukannya jadi menghormati dan menghargai orangtua, tapi Anda justru merasa ciut, kesal, dan terancam. Begitu juga yang akan dirasakan anak ketika Anda kelepasan membentak. Tujuan Anda untuk mendisiplinkan anak tidak akan tercapai karena anak justru merasa Anda sedang menyerang mereka.
Di samping itu, menghardik ternyata bisa memberikan dampak buruk bagi kondisi psikologis anak dalam jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang semasa kecil dibentak-bentak oleh orang tuanya lebih berisiko mengalami gangguan perilaku dan depresi akibat trauma masa kecil ini. Anak juga akan tumbuh sebagai orang yang lebih agresif secara fisik maupun verbal. Mereka terbiasa melihat agresi atau bentakan sebagai bentuk penyelesaian masalah. Maka ketika mereka sedang menghadapi masalah, solusi yang terpikirkan adalah agresi pula sehingga Anak tak akan ragu menghardik orang lain. Jika bentakan Anda diikuti dengan kata-kata yang menyakitkan atau menghina, anak akan kehilangan kepercayaan diri dan hidup dalam kegelisahan.
Yang bisa Anda lakukan setelah kelepasan membentak anak
Jika Anda kehilangan kesabaran dan kelepasan membentak anak, jangan terbawa emosi. Anda masih bisa mengikuti langkah-langkah di bawah ini agar anak tidak merasa trauma. Hubungan Anda dengan anak pun akan tetap terjaga kehangatannya.
Tarik napas dalam
Segera setelah Anda kelepasan membentak atau menyakiti hati anak, tarik napas panjang paling sedikit tiga kali. Jangan berkata-kata apa pun sampai Anda sudah melakukan hal ini. Ketika Anda sedang dilanda emosi, tubuh Anda jadi lebih tegang. Napas Anda pendek, otot-otot menegang, dan jantung Anda berdebar dengan hebat. Menarik napas dalam bisa membantu tubuh lebih rileks sehingga Anda bisa berpikir lebih jernih.
Minta maaf dan bertanggung jawab
Ajari anak bahwa melakukan kesalahan itu bukan akhir dunia dan meminta maaf itu penting. Akui kesalahan Anda dan minta maaflah pada anak dengan nada yang tenang. Anda bisa berkata, “Maaf ya, nak. Ayah dan Ibu jadi terbawa emosi tadi dan membentakmu.”
Mulai lagi dari awal
Ketika Anda membentak-bentak, anak tidak akan sepenuhnya memahami isi perkataan Anda. Jadi setelah meminta maaf, pastikan bahwa emosi Anda telah mereda dan tawari anak untuk memulai kembali percakapan Anda dari awal, tanpa luapan emosi atau bentakan.
Jangan memaksakan pembicaraan saat itu juga
Apabila Anda tidak berhasil menenangkan diri, jangan memaksakan diri untuk menyelesaikan pembicaraan dengan anak saat itu juga. Ambil jeda sesaat dan tentukan waktu yang Anda butuhkan agar ketegangan antara Anda dan anak tidak berlarut-larut. Misalnya, katakan bahwa saat ini Anda sedang marah besar dan Anda ingin membereskan cucian dulu sambil menenangkan diri. Setelah itu, lanjutkan kembali pembicaraan Anda dengan anak.
Ingatkan anak bahwa Anda mencintai mereka
Sehabis dibentak, anak Anda akan merasa kecil hati. Pada titik ini, penting bagi Anda untuk mengingatkan anak bahwa Anda mencintai mereka dan Anda hanya sedang merasa lelah dan penuh emosi.
Tips untuk menahan diri membentak anak
Pada kesempatan selanjutnya, jangan sampai Anda kehilangan kesabaran lagi. Terapkan langkah-langkah berikut untuk menahan diri saat berada di puncak emosi.
Kenali emosi dan perasaan Anda
Pahamilah apa yang membuat Anda mengamuk dan kapan Anda mulai terbawa emosi. Misalnya, setiap pulang kerja Anda jadi lebih sensitif. Sadari hal ini dan jangan dijadikan pembenaran untuk memarahi anak. Perhatikan dan jaga nada suara Anda saat berbicara agar tidak meledak-ledak.
Bicarakan dengan tenang tapi tegas
Untuk memastikan Anda tidak menegur anak secara berlebihan, pilih posisi berbicara yang nyaman, misalnya sambil duduk bersama, bukan berdiri. Usahakan juga untuk tidak menegur anak di depan orang lain seperti kakak dan adiknya atau asisten rumah tangga supaya Anda terhindar dari tekanan untuk mendisiplinkan anak terlalu keras.
Flashback ke belakang, Ketika Anda masih kecil dan orangtua membentak Anda, apa yang Anda rasakan? Tentu rasanya sungguh menakutkan, bukan? Padahal, Anda hanya melakukan kenakalan yang wajar dilakukan anak-anak seumur Anda saat itu. Anda tidak memahami mengapa orangtua bisa begitu marah pada Anda. Bukannya jadi menghormati dan menghargai orangtua, tapi Anda justru merasa ciut, kesal, dan terancam. Begitu juga yang akan dirasakan anak ketika Anda kelepasan membentak. Tujuan Anda untuk mendisiplinkan anak tidak akan tercapai karena anak justru merasa Anda sedang menyerang mereka.
Di samping itu, menghardik ternyata bisa memberikan dampak buruk bagi kondisi psikologis anak dalam jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang semasa kecil dibentak-bentak oleh orang tuanya lebih berisiko mengalami gangguan perilaku dan depresi akibat trauma masa kecil ini. Anak juga akan tumbuh sebagai orang yang lebih agresif secara fisik maupun verbal. Mereka terbiasa melihat agresi atau bentakan sebagai bentuk penyelesaian masalah. Maka ketika mereka sedang menghadapi masalah, solusi yang terpikirkan adalah agresi pula sehingga Anak tak akan ragu menghardik orang lain. Jika bentakan Anda diikuti dengan kata-kata yang menyakitkan atau menghina, anak akan kehilangan kepercayaan diri dan hidup dalam kegelisahan.
Yang bisa Anda lakukan setelah kelepasan membentak anak
Jika Anda kehilangan kesabaran dan kelepasan membentak anak, jangan terbawa emosi. Anda masih bisa mengikuti langkah-langkah di bawah ini agar anak tidak merasa trauma. Hubungan Anda dengan anak pun akan tetap terjaga kehangatannya.
Tarik napas dalam
Segera setelah Anda kelepasan membentak atau menyakiti hati anak, tarik napas panjang paling sedikit tiga kali. Jangan berkata-kata apa pun sampai Anda sudah melakukan hal ini. Ketika Anda sedang dilanda emosi, tubuh Anda jadi lebih tegang. Napas Anda pendek, otot-otot menegang, dan jantung Anda berdebar dengan hebat. Menarik napas dalam bisa membantu tubuh lebih rileks sehingga Anda bisa berpikir lebih jernih.
Minta maaf dan bertanggung jawab
Ajari anak bahwa melakukan kesalahan itu bukan akhir dunia dan meminta maaf itu penting. Akui kesalahan Anda dan minta maaflah pada anak dengan nada yang tenang. Anda bisa berkata, “Maaf ya, nak. Ayah dan Ibu jadi terbawa emosi tadi dan membentakmu.”
Mulai lagi dari awal
Ketika Anda membentak-bentak, anak tidak akan sepenuhnya memahami isi perkataan Anda. Jadi setelah meminta maaf, pastikan bahwa emosi Anda telah mereda dan tawari anak untuk memulai kembali percakapan Anda dari awal, tanpa luapan emosi atau bentakan.
Jangan memaksakan pembicaraan saat itu juga
Apabila Anda tidak berhasil menenangkan diri, jangan memaksakan diri untuk menyelesaikan pembicaraan dengan anak saat itu juga. Ambil jeda sesaat dan tentukan waktu yang Anda butuhkan agar ketegangan antara Anda dan anak tidak berlarut-larut. Misalnya, katakan bahwa saat ini Anda sedang marah besar dan Anda ingin membereskan cucian dulu sambil menenangkan diri. Setelah itu, lanjutkan kembali pembicaraan Anda dengan anak.
Ingatkan anak bahwa Anda mencintai mereka
Sehabis dibentak, anak Anda akan merasa kecil hati. Pada titik ini, penting bagi Anda untuk mengingatkan anak bahwa Anda mencintai mereka dan Anda hanya sedang merasa lelah dan penuh emosi.
Tips untuk menahan diri membentak anak
Pada kesempatan selanjutnya, jangan sampai Anda kehilangan kesabaran lagi. Terapkan langkah-langkah berikut untuk menahan diri saat berada di puncak emosi.
Kenali emosi dan perasaan Anda
Pahamilah apa yang membuat Anda mengamuk dan kapan Anda mulai terbawa emosi. Misalnya, setiap pulang kerja Anda jadi lebih sensitif. Sadari hal ini dan jangan dijadikan pembenaran untuk memarahi anak. Perhatikan dan jaga nada suara Anda saat berbicara agar tidak meledak-ledak.
Bicarakan dengan tenang tapi tegas
Untuk memastikan Anda tidak menegur anak secara berlebihan, pilih posisi berbicara yang nyaman, misalnya sambil duduk bersama, bukan berdiri. Usahakan juga untuk tidak menegur anak di depan orang lain seperti kakak dan adiknya atau asisten rumah tangga supaya Anda terhindar dari tekanan untuk mendisiplinkan anak terlalu keras.
Source: Helo Sehat.com
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.