Bagi anda para mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan baik itu jenjang Diploma II atau Strata I, berikut saya contohkan Proposal PenelitianTindakan Kelas (PTK) untuk jenjang Sekolah Dasar semoga bermanfaat:
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V DI SDN PURWASARI 04
KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
OLEH :
UDIRAMTO
NIP. 196004031984051003
UPT DISDIKPORA KECAMATAN WANAREJA
KABUPATEN
CILACAP
PROPOSALPENELITIAN
TINDAKAN KELAS( PTK )
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V di SDN Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012
A. Latar Belakang
Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan.Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan
dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perl~emangan itu terjadi karena
terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru
selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat
belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada.
Pembangunan d bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn
dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang
sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi.Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar.Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA yang diharapkan oleh guru adalah 90,00.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat la.ngsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA.Penulis memilih metode pembelaja.an ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa iebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul " Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V Di SDN Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah pengaruh metode
pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA
pada siswa kelas V di SDN Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012?
- Bagaimanakah peningkatan
prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran discovery mata
pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
- Ingin mengetahui pengaruh
motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran discovery mata
pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012.
- Ingin mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran discovery
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat
Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Guru Memberikan
informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA.
2. Siswa
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA
3. Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah sebagai
pedoman untuk mengambil kebijakan
di sekolah tersebut.
di sekolah tersebut.
E.
HipotesisTindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian
tindakan adalah sebagai berikut:
- Penerapan pembelajaran
disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran IPA pada
siswa kelas V di SDN Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012.
- Penerapan pembelajaran
discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA
pada siswa kelas V di SDN Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012.
F. Ruang Lingkup
Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
- Permasalahan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi dan prestasi
belajar siswa.
- Penelitian tindakan kelas ini
dikenakan pada siswa kelas V
- Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SDN Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012.
- Dalam penelitian ini
dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012.
- Penelitian tindakan kelas ini
dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang
perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
G. Definisi
Operasional
Variabel Agar tidak terjadi salah
persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Metode
pembelajaran penemuan (discovery) adalah :
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belaiar sendiri
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belaiar sendiri
2. Motivasi
belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
H. Kajian Pustaka
a. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Teknik ini mampu membantu siswa
untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan
dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
- Siswa memperoleh pengetahuan
yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam
tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan
belajar mengajar para siswa.
- Teknik ini mampu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai
dengankernampuannya masing-masing.
- Mampu mengarahkan cara siswa
belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih
giat.
- Membantu siswa untuk memperkuat
dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Strategi itu berpusat pada siswa
tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila
diperlukan.
Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah:
- Pada siswa harus ada kesiapan
dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
- Bila kelas terlalu besar
penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
- Bagi guru dan siswa yang sudah
biasa dengan perencaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat
kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
- Dengan teknik ini ada yang
berpendapat bahwa proses mental ini ada yang berpendapat bahwa proses
mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang
memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
- Teknik ini mungkin tidak
memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
b Motivasi Belajar
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).
Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.:Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi
Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar untuk membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
- Mengaitkan tujuan belajar
dengan tujuan siswa.
- Memberikan kebebasan dalam
memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
- Memberikan banyak waktu ekstra
bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan surnber belajar di
sekolah.
- Sesekali memberikan penghargaan
pada siswa atas pekerjaannya.
- Meminta siswa untuk menjeiaskan
hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang merniliki
motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu
kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2. Motivasi
Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
- Kompetisi (persaingan): guru
berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah
dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
- Pace Making (membuat tujuan sementara
atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih
dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai sehingga dengan
demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut.
- Tujuan yang jelas: Motif
mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar
ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi
dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
- Kesempurnaan untuk sukses:
Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap
diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya.
Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak
untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan
guru.
- Minat yang besar: Motif akan
timbul jika individu memiliki minat yang besar.
- Mengadakan penilaian atau tes.
Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang
baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak
belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa
lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan
menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu
merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
c. Prestasi Belajar IPA
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar.Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.
d. Hubungan
Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi'udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
I. Metode
Penelitian
a. Jenis Penelitianti
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001)
b. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
- Menyusun angket untuk
pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran
- Mengumpulkan data dengan cara
mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses
pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas
- Melaksanakan rencana program
pembelajaran yang telah dibuat
- Melaporkan hasil penelitian
c. Lokasi
Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD N Purwasari 04
Penelitian dilaksanakan di SD N Purwasari 04
d. Data dan sumber
- Data dalam penelitian ini
adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati munculnya
pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung dan
diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data untuk hasil penelian diperoleh
berdasarkan nilai ulangan harian (test).
- Sumber data penelitian adalah
siswa kelas V SDN
Purwasari 04 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012 Sebagai obyek penelitian
e. Prosedur
pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2. Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif
3. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung.Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer.
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung.Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer.
4. Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup
5. Catatan
lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini
f. Analisis data
1. Kemampuan
Berfikir
Kualitas pertanyaan dan jawaban
siswa dianalisis dengan rubric.Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor
kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah dinilai dengan rubric
pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai
dengan rubric pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal
kemampuan bertanya siswa
Skor riil X 4
Skor
maks
Keterangan:
Skor riil : skor total yang diperoleh siswa
Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa
4 : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran )
Skor riil : skor total yang diperoleh siswa
Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa
4 : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran )
2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif
dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
g. Tahap-tahap
penelitian
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka
perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah :
- Penyusunan RPP dengan model
pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.
- Penyusunan lembar
masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin
dicapai
- Membuat soal test yang
akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa.
- Membentuk kelompok yang
bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun
etnis.
- Memberikan penjelasan pada
siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan
dilaksanakan
2. Pelaksanaan
Tindakan
- Melaksanakan kegiatan sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan
penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing
untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan model……Adapun langkah
– langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)
- Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran
pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi hasil
belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II
Silus II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
DAFTAR
RUJUKAN
Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.