Si Tambunau, seorang anak yang tinggal di tepi hutan. Dia pandai menyumpit. Sumpitya biasa digunakan untuk berburu. Suatu pagi Si Tambunau pergi ke hutan. Dia ingin berburu. Di bawah pohon besar Tambunau melihat seekor elang bertengger di atas semak berduri. "Nah, ini sasaran pertama! pikir Tambunau. Tambunau mengurungkan niatnya. Ia melihat elang itu tertunduk sedih. Tambunau mendekat. Terdengar suara........ wiek..... wiek....... wiek........
"Hah, Ternyata ada anak elang jatuh". Anak elang itu tidak dapat bergerak. Badannya terjepit bahan dan ranting. Tambunau segera menolong. Kemudian menyerahkan anak elang itu pada induknya. Elang terbang denga gembira. Mengepakkan sayapnya yang lebar. Sebagai tanda terimakasih.
Diatas pohon besar yang tinggi itulah sarangnya.
Sejak saat itu Tambunau tidak mau lagi berburu binatang. Ia menyayangi semua binatang.
Suatu pagi yang cerah di musim kemarau. Tambunau berjalan-jalan ke hutan. Di dalam hutan udaranya segar. Burung-burung berkicau riang. "Oh, alangkah indahnya hutanku yang lestari......"
Tiba-tiba dikejutkan oleh gemuruh dari hutan. Hewan-hewan berlarian kesana-kemari. "Ada apa gerangan?" Ternyata hutannya terbakar. "Aku harus memadamkan api sebisanya, namun api tidak dapat padam. Tambunau kepanasan, di tidak tahan. Matanya pedih, napasnya sesak. Tambunau berusaha menyelamatkan diri. Akhirnya api dapat dipadamkan oleh penduduk. Tambunau mau pulang, tapi ia tidak lagi mengenal arah jalan. Sekelilingnya gelap, penuh denga asap. Tambunau tersesat, ia tidak dapat pulang. Tambunau kelelahan. Ia beristirahat sambil melamun. "Mengapa orang-orang membakar Hari hutan? Pohon-pohon banyak yang mati. Demikian juga hewan, banyak yang ikut mati"
Hari mulai gelap...... Orang tuaku pasti cemas mencariku", pikir Tambunau. sayup-sayup terdengar suara di angkasa. "....buik!....... buik!,..... buik !.
Itu seperti suara elang yang makin mendekat. "Hei..... ternyata kamu elang yang dulu anakmu kutolong, yaa....?" teriak Tambunau kegirangan.. Elang itu memiliki mata yang tajam. Dari angkasa yang tinggi, ia dapat melihat sekelilingnya. Tambunau mengikuti arah elang itu terbang. Tak lama kemudian, ia sudah menemukan rumahnya. Ibu dan ayahnya menyambut gembira. "Terimakasih Tuhan,.... terimakasih juga elang.
Engkau sahabatku yang budiman", kata Tambunau.
TAMAT.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.