Hari Raya Idul Fitri telah tiba. Umat islam di Madinah merayakan hari bahagia itu dengan mengumandangkan takbir dan tahmid. Mereka telah memenagkan perang melawan hawa nafsu; sebulan penuh mereka telah menjalankan ibadah puasa ramadhan.
Dengan pakaian yang paling bagus Nabi bergegas berangkat dari rumahnya menuju ke lapangan untuk menunaikan jamaah Idul Fitri. Masyarakat telah berjejal menunggu kedatangan Rosululloh.
Di sepanjang jalan, anak-anak kecil berlari-larian dengan suka cita karena lebaran telah tiba. Pakaian mereka bagus-bagus, dan wajah mereka cerah semuanya. Tidak ada yang berduka cita. hari itu adalah hari gembira.
Akan tetapi, alangkah herannya Nabi tatkala menyaksikan di sudut sebuah bangunan tua, seorang anak kecil berpakaian butut tengah duduk menghadap dinding seraya menangis tersedu-sedu. "Nabi memandangi anak itu, lalu bertanya, "hai anakku, mengapa engkau menangis sendirian pada hari ini saat kita sedang bergembira ria?" Anak kecil itu tanpa menoleh untuk melihat siapa yang bertanya, langsung menjawab, "Bagaimana tidak menangis mereka memakai pakaian bagus sedangkan aku tidak".
Nabi tercekat hatinya. "Jadi, mengapa engaku engkau tidak berganti pakaian dan bermain-main dengan kawanmu?" "Mereka tidak mau dekat denganku sebab pakaianku jorok dan compang-camping. Dulu waktu aku masih punya ayah, Tiap hari Raya aku juga mengenakan pakaian baru, perutku kenyang, duitku banyak." 'Ayahmu kemana nak?" "Ayahku sudah meninggal. Ibuku sudah kawin lagi, dan nasibku tersia-sia sebab harta peninggalan ayahku dihabiskan ayah tiriku." Nabi tercenung, lalu ia berkata, 'Anakku, seandainya Fatimah jadi kakakmu, Ali bin Abi Thalib jadi abangmu, Hasan dan husein jadi saudaramu, dan aku jadi ayahmu, apakah engkau suka?"
Anak itu terperanjat. Ia berpikir, jangan-jangan yang berdiri di dekatnya ini adalah Rosululloh, maka cepat-cepat ia menengok. Setelah nyata siapa yang tadi berkata begitu iapun berseru gembira, "Tentu saja saya senang, Ya Rosulalloh," sambil memeluk erat kaki nabi.
Maka oleh Nabi anak itu digendongnya dan dibawanya kembali ke rumah. Dengan tangannya sendiri Rosululloh memandikan anak tersebut, mencarikan dan memakaikan anak tersebut baju serta gamis kecil kepada anak yatim itu, lalu memberinya sarapan pagi dan sejumlah uang. setelah dilepaskannya anak itu bermain-main, barulah rosululloh meneruskan niatnya menuju ke lapangan untuk menjalankan shallat sunat idul Fitri bersama segenap penduduk Madinah. Anak kecil itu dengan riang tertawa-tawa mendatangi kawan-kawannya yang sedang asyik bersuka ria. Mereka keheranan melihatnya sekarang tertawa gembira, padahal belum lama ini masih menangis tersedu-sedu. Salah seorang diantara mereka bertanya ingin tahu, "Hai, aneh betul kau. Tadi menangis, sekarang tertawa. Ada apa?"
Anak yatim itu menyahut bangga, "Tadi aku menangis karena aku lapar. Sekarang akau tertawa karena aku kenyang. Tadi aku menangis karena aku tidak punya pakaian bagus. Kini pakaianku indh dan masih baru. Juga kii aku punya uang banyak. Tadi aku menangis karena tadi aku tidak punya ayah. sekarang aku tertawa karena aku sekarang sudah punya ayah."
"Heran, Dapat ayah darimana kau? Siapa ayahmu sekarang?" "Karena ayah kandungku sudah meninggal, maka Rosululloh mengangkatku jadi anak. Rosululloh adalah ayahku sekarang," jawab anak itu penuh rasa bangga.
Kawan-kawannya semua berubah jadi kecewa dan iri hati. Mereka serempak berkata, "Yah, Coba ayah kita sudah mati, kita pun bakal punya ayah Rasulullah seperti dia."
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.